Siantar, Lintangnews.com | Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Siantar-Simalungun gelar dialog publik dengan topik yang diangkat adalah ‘Fenomena Patologi Sosial di Kota Siantar’.
“Patologi dapat didefenisikan sebagai gejala penyakit sosial dalam masyarakat yang didalamnya terjadi disorientasi nilai dan norma,” ucap Pengamat Kristian Silitonga membuka diskusi, Sabtu (9/11/2019) kemarin.
Ia mengemukakan, penyakit itu terjadi ketika masyarakat telah kehilangan ruang-ruang berdiskusi dan berdialektika, sehingga melemahkan fungsi kontrol yang dimiliki masyarakat itu sendiri.
“Boleh jadi salah satu penyebab patologi adalah penguasa, karena minimnya ruang berdiskusi untuk bersuara terhadap kebijakan-kebijakan penguasa,” ujar Kristian dalam diskusi publik yang berlangsung di Patarias CafĂ© itu.
Sementara itu, Patologi bagi tokoh muda, Tumpak Hutabarat adalah kemiskinan dan kebodohan. “Kemiskinan dan kebodohan ini tercipta ketika kita tidak disuguhi ide-ide dan gagasan oleh figur pemerintah,” ujar Tumpak.
Dia berpendapat, kurangnya ruang sebagai saluran berekspresi para pemuda membuat masyarakat miskin gagasan, sehingga tak ayal saluran-saluran berekspresi tersebut dapat dicurahkan pada hal-hal yang konvensional dan buruk.
“Jadi memang untuk menulusuri sebab-musabab dan kondisi patologi sosial dimasyarakat ini perlu kajian-kajian ilmiah dari kampus, dari mahasiswa sebagai rekomendasi untuk pihak yang mempunyai otoritas,” ucap pria yang sering dipanggil Siparjalang.
Sementara Anggota DPRD Siantar, Astronout Nainggolan meminta agar berpikir rasional dengan mengibaratkan patologi sebagai penyakit.
“Jadi kalau orang sakit pasti dibawa ke Rumah Sakit (RS), sama dengan orang berjudi untuk menyembuhkannya maka bisa dijajaki membuat suatu lokasi khusus,” ujar Astronout.
Pria berkacamata ini mencontohkan, sentra judi luar negeri seperti Macau dan Singapura, dimana hal itu justru juga dapat menjadi sumber pendapatan negara. Dia menilai, masyarakat harus rasional dan kembali ke saluran dimaksud, dimana perlunya ruang sebagai saluran berekspresi.
“Pemimpin juga bisa menjadi sebab patologi, ketika kita gagal memilih figur yang berkualitas yang mengerti kondisi dan kebutuhan masyarakat,” ujar Astronout, sembari menjanjikan DPRD Siantar akan lebih terbuka dan aspiratif mendengar masyarakat.
Dari sudut pandang akademisi, Ridwin Purba yang hadir mewakili Rektor Universitas Simalungun (USI) mengungkapkan, perlunya dibangun semangat akademis oleh Perguruan Tinggi, sehingga boleh melahirkan diskursus politik agar terciptanya kontrol sosial yang baik bagi masyarakat.
“Jangankan USI, Perguruan Tinggi Swasta (PTS) lainnya di Siantar saya kira juga minim melahirkan kajian atau naskah akademis sebagai sumbangsih bagi kota ini,” kritik Ridwin.
Wakil Rektor IV USI ini mengungkapkan, kondisi minimnya kajian yang ilmiah untuk memperkaya khasanah dan refrensi masyarakat akan dilaporkannya kepada Rektor USI. Dia menilai peran USI dan PTS harus lebih aktif dan reaktif turun ke masyarakat sebagai bentuk pengabdian.
Sementara pihak Polres Siantar melalui Kasat Intelkam, AKP Basri Lubis menilai, permasalahan patologi sosial adalah permasalahan bersama, tak akan mampu bila semata-mata dikerjakan oleh Kepolisian.
“Jadi kami akan bekerja keras. Benar kami menerima surat dan laporan-laporan dari GMKI dan organ lainnya, tetapi kami masih bekerja,” tegas AKP Basri.
Ia mengungkapkan, untuk saat ini perlunya mencari bukti-bukti yang kuat dalam proses penyelidikan dan unsur tindak pidananya. “Jadi kami akan jawab surat itu bukan dengan surat, tetapi mungkin dengan langsung penggrebekan atau penangkapan,” ujarnya.
Ketua GMKI Siantar-Simalungun, May Luther Dewanto Sinaga menjelaskan, alasan pihaknya mengangkat isu ini karena semakin maraknya patologi sosial di masyarakat, khususnya di Siantar. Misalnya persoalan yang ada di Siantar dalam waktu dekat ini seperti, korupsi, perjudian dan lain sebagainya. Ia juga menerangkan, GMKI menggelar dialog publik ini sebagai pendidikan sosial bagi masyarakat agar lebih peka terhadap kondisi di masyarakat lebih-lebih tak terjerumus kepada patologi sosial itu sendiri.
“Kami ingin menegaskan, fungsi dan kehadiran organ kemahasiswaan sebagai pilar keempat dalam demokrasi untuk menyuarakan dan melakukan kontrol sosial,” papat mahasiswa Pascasarjana STT HKBP Siantar ini.
Diskusi yang dimoderasi Gading Simangunsong juga memberikan kesempatan para auidens diskusi untuk berpendapat. Sesi pertanyaan dan pernyataan, diwarnai banyak sekali pandangan-pandangan yang menekankan perlunya kolaborasi tiap-tiap unsur dalam masyarakat sebagai sebuah system, sehingga terciptanya dunia demokrasi yang mampu mengeluarkan laboratorium gagasan.
Hal ini dinilai harus dimulai dari komitmen diri sendiri untuk tidak sekali-sekali menjadi pelaku patologi sosial. (Rel)
"topik" - Google Berita
November 12, 2019 at 02:02PM
https://ift.tt/36WYVRq
Dialog Publik GMKI dengan Topik 'Fenomena Patologi Sosial di Siantar' - Vinsensius Sitepu
"topik" - Google Berita
https://ift.tt/2kT8cXu
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dialog Publik GMKI dengan Topik 'Fenomena Patologi Sosial di Siantar' - Vinsensius Sitepu"
Post a Comment